Sabtu, 23 Mei 2015

The Broken Journey (Part 3)


Lanjutan cerita dari Atik Milawati (@miilarrosa) di blog millarosa.blogspot.com



Kami Ingin Pulang

Aku mendengar teriakan Sekar.

Kulihat, tubuh Mila terhuyung, merosot ke tanah. Untunglah, aku sempat menahan tubuhnya. Hanif menoleh, dan berlari ke arahku. Mengambil alih posisi Sekar untuk ikut menyangga tubuh Mila.

“Mil! Mila! Bangun!” Aku menepuk-nepuk pipinya pelan. Mencoba menyadarkannya. Hanif pun melakukan hal yang sama. Dia memijat pelipis Mila. Sementara, Sekar mengeluarkan minyak kayu putih, dan mendekatkan pada hidung kakaknya.

“Aku menemukan tempat yang cukup layak untuk kita beristirahat. Kita bawa Mila kesana. Mustahil kita bisa melanjutkan perjalanan dengan kondisinya yang seperti ini.” Rama tiba-tiba saja datang dari arah belakangku. Sesaat setelah Mila pingsan, dia memang menghilang dari pandangan kami.

Hanif mengangguk, lalu membopong tubuh Mila. Rama membawakan ransel Mila. Ia menyalakan senter dan berjalan paling depan, beriringan dengan Sekar. Aku memilih berjalan di belakang bersisian dengan Hanif. Sudah cukup aku berperang dengan perasaanku yang tak menentu ketika berada di dekat Rama.

Sungguh ironis, bahwa aku ikut pendakian ini karena ingin melupakan mantan pacarku, Tristan. Dua minggu lalu, hubungan kami harus berakhir karena sikap posesifnya yang tak masuk akal, dan kecemburuannya terhadap Rama. Namun, aku tak menyangka jika perjalanan ini malah membuatku tak nyaman. Berdekatan lagi dengan Rama tak semudah yang kubayangkan. Aku terusik oleh getaran yang dulu pernah kurasakan saat kami masih bersama.

“Hei, kau sudah sadar?” Suara Hanif mengusik lamunanku. Aku menoleh ke arahnya dan bernapas lega saat kulihat Mila membuka matanya.

Andai saja signal bar pada ponsel kami masih menunjukkan eksistensinya, mungkin kami bisa menelepon untuk meminta pertolongan. Aku harap, besok pagi akan ada keajaiban. Kami bisa keluar dari hutan ini dan menemukan jalur turun ke pos terdekat.

Satu jam kemudian, kami berempat duduk di dekat api unggun. Hari sudah beranjak gelap. Mila tidur di dalam tenda, setelah sebelumnya kami semua mengganjal perut dengan sebungkus biskuit yang kubagikan. Bagian Mila dan Sekar aku lebihkan dari bagianku. Aku masih bisa menahan lapar. Kondisi merekalah yang aku khawatirkan. Dua batang cokelat yang tersisa sengaja kusimpan untuk sarapan besok pagi.

“Persediaan air kita masih ada, tapi aku akan mencari mata air besok pagi. Siapa tahu aku bisa sekaligus mencari bantuan.” Rama merekatkan jaketnya. Udara memang semakin menusuk tulang.

“Jangan pergi kemana-mana, Rama! Kita tunggu kondisi Mila sedikit membaik, lalu pergi bersama,” larang Hanif.

“Tapi, kita…”

“Rama..” potongku. Aku lelah mendengar perdebatan mereka. “Tolong dengarkan Kak Hanif. Tolong. Aku mohon.”

Rama menatapku lekat-lekat. Senyum jahil muncul di wajahnya. Aku tahu, ini yang dia inginkan. Mendapat perhatian dariku. Di perjalanan tadi aku pura-pura tidak mendengar saat ia meminta persetujuan Hanif. Apa aku harus berterus terang jika aku khawatir padanya?

Tiba-tiba, tengah keheningan aku mendengar gemerisik semak dan dedaunan kering terinjak. Kemudian, terdengar suara geraman. Sepasang mata kuning besar menyala, menatap kami, diantara belukar dalam gelap.

“Apa itu?” Bisikku.

“Masuk ke tenda!” desak Rama. Ia dan Hanif secepat kilat meraih kayu dari api unggun dan melesat ke arah suara itu. Mereka mengacungkan obor sambil berteriak-teriak. Aku berlari masuk ke dalam tenda, memeluk Mila yang sedang pulas.

Wajah Rama muncul di ambang tenda, beberapa saat kemudian. “Itu tadi macan. Sekarang sudah pergi.” Kulihat Hanif muncul di belakangnya. Aku menghembuskan napas lega dan melepaskan pelukanku pada Mila yang akhirnya terbangun.

“Tunggu,” Hanif mengedarkan pandangannya pada kami. Keningnya berkerut. Ia beranjak, sejurus kemudian muncul lagi. Suaranya bergetar cemas. “Di mana Sekar?”

***


Simak kelanjutan ceritanya di sekartajiblog.blogspot.com oleh Anastasya Sekartaji (@sekartajirolu) 

Ditulis untuk lomba Menulis Berantai - Love Cycle Gagas Media dari #TimPatahHati 




2 komentar:

  1. Wahh Sekar nya ke mana? Aduh aku jadi ikut panik.. 😭😭 ditunggu bgt nih kelanjutannya. Seru bgt. Good job buat kalian ^^

    BalasHapus
  2. Astaga. Jadi ikut kaget dan panik baca tuh bocah ngilang O.O Nunggu banget lanjutannya!!!! Keren banget!
    Go #TimPatahHati!

    BalasHapus